Rabu, 10 April 2013

Candi Sumberawan


Candi Sumberawan: Garden of Angels

Terletak sekitar 6 km ke arah barat laut dari Candi Singosari, perjalanan menuju Candi Sumberawan dihiasi dengan kehidupan masyarakat desa dengan latar pegunungan. Di tepian jalan yang kecil, bergelombang, dan berbatu, sesekali tampak petani tengah berjalan memikul pacul tanpa alas kaki. Senyum pun kerap kali dilontarkan. Perjalanan menuju candi ini memang agak sulit. Selain harus berhati-hati dalam berkendara, petunjuk jalan dan arah yang kurang detil memaksa pengunjung mau tak mau untuk berhenti sejenak dan bertanya arah kepada penduduk lokal.


Setelah bertanya arah beberapa kali, kami sampai di kawasan serupa tempat pemandian umum terbuka di mana beberapa anak terlihat sedang mandi, juga perempuan tengah mencuci baju. Tampak di sebelah kanan, sebuah plang sederhana dari kayu menunjukkan jarak 400 meter menuju candi serta bentuk panah mengarah pada jalan setapak di antara pinggiran sawah dan parit berair jernih. Tak yakin dengan arah, seorang ibu dengan seember cucian di atas kepalanya meyakinkan kami bahwa itu adalah jalan menuju candi yang kami maksud. Motor pun kami tuntun sambil kami berjalan pelan.

Hamparan sawah yang baru ditanam serta aliran air yang begitu bening membuat kami terkagum. Setelah menyebrangi jembatan sempit, kami sampai di antara rindang pepohonan. Motor kami parkir di sini. Seorang tukang bakso menjamin aman kendaraan, serta memberitahu posisi candi di balik rindang hijau. Tapi kami tak langsung pergi, melainkan duduk sejenak menikmati pesona dan sejuknya alam sekitar: hamparan sawah, rindangnya pepohonan, serta gemericik mata air pegunungan. Semangkuk bakso mengisi rasa lapar kami. Sesekali terdengar kicau merdu burung dan nyanyian serangga di balik pepohonan.



Melangkah mengikuti jalan setapak di antara pepohonan, akhirnya kami tiba di Candi Sumberawan. Dikelilingi hanya oleh pagar kawat dengan papan pengumuman yang telah berlumut dan informasi seadanya, tampak sebuah bangunan berbatu andesit, begitu menonjol dan menarik pandangan kami.

Sebuah Stupa Misterius
Tak banyak paparan bisa kita temukan mengenai candi yang berlokasi di sebuah telaga kaki Gunung Arjuna (650 DPL), Desa Toyonarto, Kab. Malang ini. Candi Sumberawan pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1845 oleh Belanda. Tahun 1937, pemugaran dilakukan terhadap kaki candi.



Candi Sumberawan merupakan canti tunggal yang hanya terdiri dari kaki, badan, dan kepala yang meruncing ke atas. Pada batur candi terdapat selasar berlapis-lapis dengan kaki berbentuk bujur sangkar. Sedangkan bagian selanjutnya, adalah lapis berbentuk segi delapan yang menopang genta. Perpaduan geometris yang menggabungkan bentuk persegi dan lingkaran yang diciptakan, sungguh menjadi kombinasi yang unik dan cerdas. Ujung atas candi sengaja dibiarkan kosong karena bagian tersebut masih belum ditemukan. Tidak ada tangga atau relief apapun yang mengarah pada patung dewa, benda, maupun sosok suci, sehingga mengindikasikan Candi Sumberawan sebagai sebuah wujud stupa utuh. Diduga, bentuk Candi Sumberawan mirip dengan stupa induk di tingkat Arupadhatu di puncak Candi Borobudur, yang melambangkan pencapaian menuju Nirwana. Candi dengan bentuk stupa biasanya dibangun sebagai bentuk Buddha dengan fungsi untuk menyimpan relik Sang Buddha atau ziarah. Bentuk stupa dapat pula diasosiasikan dengan gunung yang menjadi makna dari sebuah kebesaran dan keagungan: Sang Maha Pencipta.

Sebuah Sumber Kedamaian dan Keselarasan Alam
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa dengan ukuran terbesar yang ditemukan di Jawa Timur. Candi ini memberi indikasi mulai menyebarnya Buddha di Singosari. Diprediksi, Candi Sumberawan dibangun sekitar abad ke-14 hingga 15 Masehi pada masa Majapahit. Menurut sejarah, Raja Hayam Wuruk sempat berkunjung di tahun 1359 M. Pada Kitab Negarakertagama, kawasan di mana Candi Sumberawan berada, dinamai Kasurangganan yang berarti taman yang dipenuhi oleh bidadari/malaikat (Garden of Angels). Sebutan tersebut tidaklah berlebihan mengingat letak candi yang dikelilingi oleh hutan dan berada tepat di sebuah telaga yang airnya langsung bersumber dari mata air pegunungan di mana nyanyian kodok hampir tak pernah berhenti. Tidak hanya indah dilihat mata, tetapi juga memberikan nuansa kedamaian dan ketenangan. Itulah kemudian mengapa candi dinamakan “Sumberawan.”



Masih di area candi, bisa kita temukan dua buah petirtaan. Di sebelah kiri, menuruni beberapa pijakan anak tangga, terdapat sebuah kolam kecil terbuka dengan patung yang mengaliri air. Air yang tidak pernah surut dan begitu jernih serta segar tersebut keluar dari gentong yang dipegang oleh patung Sang Dewi yang telah berlumut. Perlambang kesuburan dan fertilitas alam yang diasosiaskan dengan femininitas perempuan. Di sisi lain, adalah petirtaan dengan pijakan berbentuk segi delapan di mana pijakan yang paling bawah atau terdekat dengan air, memiliki relief kura-kura sebagai binatang air. Pengunjung diperbolehkan untuk mengambil air atau mengguyur badan pada petirtaan dengan izin dari juru kunci candi.



Candi Sumberawan masih dipergunakan oleh kalangan tertentu sebagai tempat yang sakral dan suci. Ini terlihat adanya sesajen bunga dan dupa yang dibakar menghadap candi. Masyarakat lokal juga masih menghormati dan menganggap candi sebagai tempat yang dikeramatkan. Hal tersebut berkaitan dengan peran penting candi yang mengalirkan sumber mata air bersih dan irigasi sawah bagi masyarakat di desa sekitar. Suasana yang damai dan sakral, mengundang banyak orang untuk melakukan ritual atau peribadahan di sekitar candi. Pengelola atau juru kunci mengizinkan pengunjung untuk melakukan semedi atau berdoa sambil menginap di ruangan khusus yang dibangun di dekat Candi Sumberawan. Tentu untuk menginap, dibutuhkan persyaratan khusus dan waktu yang tepat.



Mengunjungi Candi Sumberawan, tidak hanya memberikan sedikit potret mengenai sejarah masa lalu Jawa pada era Hindu-Buddha, melainkan sebuah pengalaman spiritual di mana kedamaian dan keindahan alam merupakan perpaduan yang mengiringi kehidupan fisik dan rohani manusia. Dari telaga mata air pegunungan yang berada di kawasan Candi Sumberawan, ternyata menyimpan siklus yang mengaliri berkah bagi kesuburan sawah-ladang penduduk, serta ketergantungan manusia terhadap kelestarian alam semesta bagi kehidupan.

Sumber:
Informasi pada papan informasi (lembar keterangan) pada halaman dan kantor informasi Candi Sumberawan.

Tips Perjalanan:
  • Dari Kota Malang, Anda bisa menaiki kendaraan umum ke arah Singosari (sekitar 1,5-2 jam perjalanan) dan turun tepat di gapura bertuliskan Wisata Candi Singosari. Lokasi Candi Sumberawan masih terdapat di kawasan wisata candi serta situs bersejarah lainnya, tepatnya 6 km ke arah barat laut dari Candi Singosari. Jangan segan untuk bertanya pada penduduk sekitar karena penunjuk arah tidak terlalu jelas dan informatif.
  • Karena memiliki banyak candi dan situs bersejarah dengan jarak yang berjauhan, sebaiknya menyewa kendaraan bermotor di Kota Malang untuk mempermudah penelusuran menuju berbagai situs Kerajaan Singosari. Namun, terdapat banyak ojek yang bisa disewa untuk pulang-pergi. Sebaiknya tawarkan harga untuk berkeliling ke lokasi lebih dari satu candi dan situs lainnya dengan harga sekitar Rp 50 ribu untuk sewa sekitar setengah hari.
  • Biasanya, tarif kunjungan dikenakan biaya sebesar Rp 2.000, tapi sebaiknya berikanlah donasi lebih kepada penjaga atau juru kunci candi karena mereka dibayar dengan sangat rendah, bahkan secara sukarela.
  • Rumah makan hanya banyak ditemukan di sekitar Candi Singosari, dengan variasi bakso dan hidangan Jawa Timur-an.